Jember Fashion Carnaval (JFC) Di Mata Dunia

Jember Fashion Carnaval atau yang biasa disebut JFC merupakan sebuah event karnaval tahunan berskala Internasional yang diselenggarakan di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Model Sedang BerposeJenis karnaval yang diusung JFC adalah karnaval busana dengan bermacam tema yang beragam. Karnaval ini dipimpin oleh (alm) Dynand Fariz yang sekaligus pendiri JFC.Karnaval ini diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Timur yang disupport langsung oleh Presiden RI Joko Widodo. Karnaval ini diikuti sebanyak 3500 an peserta dan dilaksanakan selama 4-5 berturut-turut.

Indahnya Parade Berjalan JFCArena yang digunakan untuk gelaran JFC ini adalah jalan utama kota Jember sepanjang hampir 4 kilometer. Karnaval ini disaksikan ratusan ribu penonton domestik dan internasional yang menjadi satu di sepanjang jalan. Mayoritas peserta yang mengikuti JFC terdiri dari masyarakat Jember. Selebihnya ialah artis lokal dan ibukota yang terlibat dalam acara ini.Yang membuat karnaval JFC ini mendunia ialah tema busana yang tegas dirujuk dari kenusantaraan dan dikombinasikan dengan hal-hal yang sedang viral dan trending di dunia nyata maupun dunia maya. Lebih uniknya lagi, semua busana yang dibuat dalam bentuk kostum terbuat dari bahan-bahan seadanya yang menunjang nilai estetika dari busana itu sendiri.

Sejarah Jember Fashion Carnaval

Berawal dari agenda tahunan arak-arakan reog Ponorogo sebagai ikon Indonesia yang diselenggarakan saat HUT kota Jember. dimana masyarakat Jember sangat antusias dengan parade kecil ini. Diikuti oleh group-group seni reog Jember dan disaksikan ribuan masyarakat Jember dari semua kalangan. Dari sinilah tercipta ide untuk membuat parade serupa berupa arak-arakan berjalan tetapi dengan khas Jember yang beda dari lainnya.

Dynand Fariz Penggagas JFCPada tahun 2001, desainer sekaligus seniman lokal Dynand Fariz membawa ide konsep karnaval berjalan, dimana karnaval ini berupa arak-arakan yang tidak jauh beda dengan arak-arakan sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, di tahun ini juga lahirlah Jember Fashion Carnaval yang digagas Dynand Fariz. Jember Fashion Karnaval yang biasa disingkat JFC ini membawa karakter fashion busana yang tegas, cerah, menarik, dan berumbai-rumbai sesuai dengan kota tercintanya yaitu Kota Jember.

Awalnya, Jember Fashion Carnaval dilaksanakan hanya sehari yaitu Grand Carnaval JFC. Seperti layaknya karnaval di belahan dunia manapun, tak jarang masyarakat yang berpartisipasi berdusun-dusun datang untuk menonton. Sama halnya seperti JFC awal pertama diselenggarakan, masyarakat Jember yang berpartisipasi sangat banyak memadati runway sampai garis finish.

Berawal dari ide yang tidak beda dengan arak-arakan seni reog Ponorogo, kini JFC lebih mendominasi masyarakat Jember hingga dibuat agenda tahunan kota Jember. Dari yang dilaksanakan hanya sehari, kini JFC dilaksanan 4-5 hari dengan membawa tema segar tiap tahunnya. Juga peserta JFC yang awalnya didominasi komunitas seni, model dan hanya orang dewasa saja, kini anak-anak, hewan peliharaan, bahkan artis lokal dan ibukota turut andil dalam karnaval ini.

Cantiknya model JFC

Perhelatan Jember Fashion Carnaval sejak edisi ke-10 sudah mendapat perhatian sejumlah wartawan asing. Tak kaget masyarakat Jember dengan ikut berpartisipasinya bule-bule sepaket peralatan fotografinya. Mereka adalah wartawan asing yang akan menikmati atau sekedar mengambil hasil jepretan pagelaran JFC ini.

Hingga tahun 2017, presiden JFC Dynand Fariz mengumumkan bahwa JFC menempati posisi ke-3 Karnaval level dunia setelah Nottinghill, Amerika Serikat dan Reunion, Prancis. Juga pada tahun 2017 itu pula adalah awal pagelaran JFC dilihat langsung oleh presiden RI Joko Widodo dan Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Untuk mencapai peringkat 3 dunia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dari tahun ke tahun JFC dinilai selalu membawa tema segar yang sedang happening di kalangan masyarakat dunia. Bahkan penghargaan dunia untuk JFC sangat banyak dan diantaranya ialah even penghargaan kelas dunia.

saat 2016 lalu, JFC sendiri menuai prestasi yang sangat membanggakan yakni berhasil menjadi juara ketiga atau second runner up dalam ajang Carnaval International de Victoria, di Seychelles. Event penghargaan tersebut ialah ajang penghargaan festival busana dunia yang sangat berkelas dan populer. Penghargaan ini sangatlah berarti untuk JFC sendiri dan sangat membuat bangga ibu pertiwi.

Rangkaian Kegiatan Jember Fashion Carnaval

kegiatan Jember Fashion Carnaval dilaksanakan 4-5 hari yang tiap harinya memiliki rangkaian acara berbeda, diantaranya :

Opening Ceremony JFC

Opening Ceremony JFC

Rangkaian kegiatan pertama adalah Opening Ceremony yang dilaksanakan di depan kantor Pemkab sisi Alun-Alun Jember. Acara ini dihadiri Bupati dan wakil bupati beserta tamu-tamu penting sepaket dengan para wartawan dan fotografer. Runway yang digunakan hanya 100 meter diisi dengan pengenalan tema yang akan diusung.

Pets Carnival

Pets Carnival JFC

Rangkaian acara kedua yaitu pets carnival. Dimana beragam hewan lucu dan eksotis dipamerkan.

Pets Carnival ini merangkul para komunitas hewan yang ada di Jember bahkan komunitas multilokal. Hewan yang dipamerkan bermacam-macam dari komunitas reptil, anjing, kucing, burung eksotis, musang, dan banyak hewan peliharaan unik lainnya.

JFC International Conference

JFC International Conference

Rangkaian kegiatan ketiga ini merupakan konferensi pengenalan tema yang dilaksanakan di ruang indoor dan dihadiri tamu-tamu penting multinasional.

JFC International Exhibition

Jember fashion Carnaval

Rangkaian kegiatan keempat ini merupakan pameran yang menyuguhkan berbagai produk daerah terutama Jember dan produk daerah kabupaten/provinsi lainnya.

Pameran ini diselenggarakan tidak jauh dimana opening ceremony dilaksanakan pada hari pertama, yakni di alun-alun kota Jember. pameran ini bertujuan sebagai sarana edukasi, informasi, promosi dan potensi industri kreatif khas lokal karya putra-putra daerah.

JFC Kids Carnival

Jember fashion Carnaval

Tak hanya remaja dan orang dewasa saja yang menjadi peserta ajang JFC ini, anak- anak juga diberikan wadah untuk ikut andil di karnaval ini. JFC Kids Carnival menyuguhkan pemandangan tak biasanya dimana anak-anak menjadi peraga busana yang eksotis dan berjalan di runway yang telah disediakan

JFC Rythm Artwear Carnival

Jember fashion Carnaval

Rythm artwear adalah sebuah konsep dimana peserta mengenakan busana sesuai dengan tema yang dirujuk. Rujukan tema yang dibawa berawal dari sesuatu yang viral atau happening terjadi belakangan.

WACI (Wonderful Archipelago Carnival Indonesia)

lahirnya WACI pertama kali didirikan oleh Kementerian Pariwisata yang bekerjasama langsung dengan Pemkab Jember menjadi satu bagian dalam rangkaian acara JFC.

WACI bertujuan untuk melestarikan budaya Indonesia melalui pakaian adat yang dikawinkan dengan karakter JFC menjadi satu busana yang mempesona. Perwakilan WACI dari tahun ke tahun silih berganti. Pastinya dari Sabang sampai Merauke akan bergantian menjadi wakil dalam perhelatan JFC ini.

Tema Jember Fashion Carnaval

Tiap tahunnya JFC mengusung konsep tema yang berbeda sesuai dengan survey panjang tim panitia JFC. di setiap tema yang diusung memiliki arti filosofi sendiri. Diantara tema dari tahun 2017-2019 diantaranya :

Victory Unity Diversity (2017)

Jember fashion Carnaval

Victory Unity Diversity, memiliki filosofi kemenangan besar Indonesia atas diraihnya penghargaan best National Costume, baik peraga pria dan wanita di banyak kompetisi dunia.

Asialight (2018)

Tema ini diusung bersamaan dengan terselenggaranya Asian Games 2018. Asialight yang berarti cahaya asia berfilosofi sebagai “energi of Asia” karena merupakan bagian dalam ajang promosi dan ikut memeriahkan event Asian Games 2018.

Tribal Grandeur (2019)

Jember fashion Carnaval

arti dari Tribal Gandeur berarti Keagungan Suku-Suku Bangsa. tema ini menunjukkan ke seluruh penjuru dunia bahwa Jember mampu dan bisa menjadi kota karnaval dunia. Keagungan yang berarti kebesaran berbanding lurus dengan JFC 2019 yang akan diikuti sebanyak 6000 peserta. WoW.

Jember Fashion Carnaval 2021

Jember Fashion Carnaval tahun 2021 merupakan event JFC ke-19 dan tahun ini diselenggarakan secara hybrid menggunakan konsep dalam ruangan secara luring dengan performing carnival, fesyen, musik dan teatrikal yang disiarkan secara daring ke seluruh dunia melalui live streaming pada Youtube channel “Jember Fashion Carnaval”. Tema besar JFC 2021 yakni “Virtue Fantasy” yang menggambarkan perjalanan menemukan nilai-nilai kehidupan yang disimbolkan melalui hewan-hewan fantasi antara lain kelahiran, kesetiaan, kebijaksanaan, kepedulian, berbagi, dan kepemimpinan.

JFC 2021 meliputi 4 (empat) rangkaian kegiatan karnaval, yaitu:

  • Pets Carnival dan Wonderful Artchipelago Indonesia (WACI)
  • Artwear Carnival
  • International World Kids Carnival
  • Grand Carnival

Rangkaian event Jember Fashion Carnaval 2021 hari ke-1 sebagai berikut:

  • Acara dimulai pukul 14.00 – 16.00 WIB, diawali pagelaran WACI (Wonderful Artchipelago Carnival Indonesia), merupakan karnaval yang diinisiasi oleh Asosiasi Karnaval Indonesia (AKARI) diikuti oleh perwakilan AKARI tingkat daerah, yaitu Bali, Bandung, Malang, Solo, Kebumen, Nganjuk, dan Jember (hadir offline) dan Kepulauan Riau (hadir virtual).
  • Peserta WACI merupakan perwakilan dari Akari di masing-masing daerah dengan mengenakan busana yang mengusung budaya dan kesenian tradisionalnya.
  • Penampilan WACI dibuka oleh penampilan drumband percussion JFC, yang kemudian diikuti oleh peserta dari Bali, Nganjuk, Solo, Kebumen, Kota Bandung, dan terakhir Kabupaten Malang.
  • Bupati Jember hadir untuk memberikan plakat kepada para perwakilan peserta karnaval WACI dari Asosiasi Karnaval Indonesia (AKARI) kontingen dari Bali, Nganjuk, Solo, Kebumen, Bandung, serta Malang.
  • Malam hari pukul 19.00-21.00 WIB, pagelaran ArtWear Carnival. Artwear Carnival merupakan karnaval yang menampilkan pakaian muslim karya desainer lokal Jember yang ditampilkan ke masyarakat Indonesia bahkan dunia. Para perancang busana yang hasil rancangannya diperagakan antara lain Dig Wardrobe, Lutfia Zahrona, Rizal Siddiq, Nurwulan, Roni Parero, Tanya Rosa Ajeng, Vira Renada. Peragaan Muslim in Fashion yaitu Quensi by Merry Gunawan, Muzara by Winda Gusti, Maezula, Annisa Nugroho, Griya Jahit by Ridwan.

Rangkaian event Jember Fashion Carnaval 2021 hari ke-2 sebagai berikut:

  • Acara hari kedua dimulai pukul 10.00-12.00 WIB menampilkan International World Kids Carnival, pesertanya adalah anak-anak dari 8 negara, termasuk Indonesia. Anak-anak ini menampilkan berbagai macam kostum kreasinya.
  • World Kids Carnival bukan sekadar ajang menampilkan kostum dan busana, namun lebih dari itu yaitu sebagai ajang silaturahmi dan komunikasi dari anak-anak di Indonesia dengan negara lain, khususnya di bidang fesyen.
  • Selain Indonesia, ada 7 negara yang ikut dalam World Kids Carnival ini, diantaranya Brazil, Jepang, Australia, Selandia Baru, Kroasia, Mesir dan Kroasia.
  • Acara puncak pada malam hari yaitu Grand Carnival. Merupakan acara penutupan JFC 2021 yang bertemakan Virtue Fantasy. Ada 9 (sembilan) sub tema ditampilkan yaitu Komodo, Flamingo, Elephant, Sea Dragon, Dragonfly, Dove, Unicorn, Honey Bee, dan Lion.

Acara Grand Carnival dihadiri oleh:

  • Bupati Jember, Bapak Hendy Siswanto
  • Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Bapak Sinarto
  • Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jember, Ibu Debora Kresnowati
  • Perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Sub Koordinator Event Wilayah Jawa
  • Perwakilan Kementerian Luar Negeri
  • Forkopimda Kabupaten Jember
  • Presiden Jember Fashion Carnaval, Bapak Budi Setiawan

Poin – poin sambutan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) ditampilkan secara video tapping

  • Apresiasi kepada Pemkab Jember, Disbudpar Kab.Jember dan Yayasan Jember Fashion Carnaval serta seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan JFC tahun 2021 dimana JFC menjadi program unggulan daerah yang menjadikan Jember sebagai Kota Karnaval di tahun 2017 oleh Kementerian Pariwisata atas konsistensi Kab.Jember menyelenggarakan JFC selama 16 tahun.
  • JFC merupakan role model penyelenggaraan karnaval di seluruh Indonesia, selalu tampil dengan kebaharuannya dimana setiap tahun menampilkan tema berbeda dengan segudang kreatifitas dan mengangkat kearifan lokal dengan balutan busana karnaval kelas internasional.
  • Tema JFC selaras dengan unsur-unsur penyelenggaraan event, yaitu Edukasi, Hiburan, Pemberdayaan terhadap masyarakat lokal dimana JFC ini melibatkan pelaku seni budaya, industri parekraf, serta UMKM serta unsur Engagement, adanya interaksi pengunjung, peserta karnaval, dan masyarakat. Tentunya ini akan memberikan kesan terhadap wisatawan sehingga JFC akan memberikan dampak ekonomi langsung ke masyarakat serta pendapatan penerimaan daerah.
  • Penyelenggaraan JFC secara hybrid memberikan exposure yang lebih luas dan memberikan kesempatan kepada penonton yang tidak hadir untuk dapat menyaksikan event ini.

Poin – poin sambutan Presiden Jember Fashion Carnaval

  • Terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Jember dan seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan JFC tahun 2021.
  • Jember Fashion Carnaval merupakan persembahan mahakarya anak bangsa yang menjadi representasi karya terbaik bagi Indonesia dan bagi dunia. JFC memberikan wadah kepada generasi muda yang memiliki talenta dan kreatifitas untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri dengan tidak melihat latar belakang, usia, kemampuan ekonomi untuk dapat bergabung bersama JFC dan mendapatkan perlakuan yang sama untuk dapat mengembangkan potensi kreasinya dan menunjukkan karya terbaik mereka.
  • Baru saja JFC tampil pada perhelatan besar yakni Indonesia National Day di World Dubai Expo pada 4 November 2021 lalu yang dihadiri oleh Presiden RI. Ini menunjukkan bahwa JFC semakin dipercaya tidak hanya dapat tampil di nusantara bahkan telah ke dunia internasional.

Poin – poin sambutan Bupati Jember

  • Terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat Presiden RI, Bapak Joko Widodo dan Menteri Parekraf, Bapak Sandiaga Uno yang telah memberikan dukungan terhadap JFC bahkan baru-baru ini, JFC juga diberi kesempatan tampil di internasional event pada World Dubai Expo 2021.
  • Ucapan terima kasih juga disampaikan sebesar-besarnya kepada Ibu Gubernur Jatim mewakili Pemprov Jatim yang akan mendukung penuh event JFC di tahun 2022, semoga perhelatan ini semakin dahsyat dan sukses di tahun selanjutnya.
  • JFC menjadi salah satu aset kebanggaan dan kekuatan Kabupaten Jember, warga Jember sudah bangga melihat JFC, namun Tuhan Yang Maha Esa memberikan lebih dari itu, saat ini JFC sudah menjadi aset nasional kebanggaan Indonesia.
  • Mudah-mudahan ini menjadi motivasi besar tidak hanya untuk warga Jember saja, namun juga untuk negeri yang kita cintai ini. Sehingga dengan adanya pandemi Covid-19 kita harus tetap optimis dan semangat, harus maju ekonomi, kita tetap bangkit dan semua kreatifitas kita tetap bisa dikembangkan dengan baik.

Grand Carnival dimulai dengan persembahan awal yaitu Jember Fashion Carnaval Theme Song yang dibawakan oleh Arro. Selanjutnya penampilan dari komunitas musik asal Jember, Lingkar Kreatif Independen (Linkrafin) yang pernah menjadi Juara 1 dan Juara Favorit dalam ajang Lomba Karya Musik Anak Komunitas (Aku Kamu) Kita Indonesia yang diadakan oleh Kemenparekraf. Linkrafin membawakan lagu berjudul Jember Nusantara dan Jalur Rempah.

Penampilan JFC Marching Band dan dilanjutkan defile para talent JFC. Dimulai oleh Guest Star yaitu Runner Up 1 Putri Indonesia 2020, Putu Ayu Saraswati yang mengenakan kostum Komodo. Selanjutnya talent berbusana Flamingo, Sea Dragon, Honey Bee, Dove, Unicorn, Dragon Fly, Elephant, dan Lion.

Di akhir acara, ditampilkan peluncuran informasi terkait pelaksanaan Jember Fashion Carnaval ke-20 tahun 2022 yang rencana diselenggarakan pada tanggal 6-7 Agustus 2022 dengan tema “The Legacy”.

KUALITAS PRODUK DAN DAMPAK EVENT JEMBER FASHION CARNAVAL DAN IMPLIKASI PADA ARAHAN PENATAAN RUANG KOTA JEMBER

Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan satu rangkaian event karnaval tahunan yang memiliki visi untuk menjadikan Kota Jember sebagai kota wisata mode, dengan misi pengembangan dunia pendidikan (SDM), kesenian, budaya dan perkembangan perekonomian. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengetahui keterkaitan antara tata ruang kota terhadap tata ruang penyelenggaraan event JFC, dan (b) mencermati korelasi antara dampak yang ditimbulkan terhadap kehidupan masyarakat lokal sebagai host dan kesiapan fisik kota dalam menampung aktivitas selama penyelenggaraan JFC yang menghasilkan referensi dalam pembuatan guide line penataan ruang kota yang mampu mengakomodasi kebutuhan dalam aktivitas penyelenggaraan event. Penelitian menggunakan metode campuran dengan teori campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods).

Strategi yang dipergunakan menggunakan metode eksploratoris sekuensial yang diawali dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif, kemudian dilanjutkan pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di lokasi penyelenggaraan event yaitu di seputar alun-alun kota dan ruas Jalan Sultan Agung-Jalan Gajahmada hingga GOR Kaliwates Kabupaten Jember.

Sampel penelitian terdiri dari tiga kelompok, yaitu pengunjung area tribun, pengunjung area runway, dan masyarakat yang beraktivitas keseharian di lokasi tersebut. Dalam penelitian mengenai pembahasan kualitas event menggunakan indikator berupa kualitas penyelenggara, lingkungan, dan produk. Pembahasan mengenai dampak event pada masyarakat dianalisa melalui indikator berupa pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, ketenagakerjaan, serta persepsi melalui perspektif masyarakat lokal dan wisatawan. Hasil studi yang didapatkan adalah: pertama, penyelenggaraan event JFC berpotensi sebagai daya tarik wisata unggulan.

Kedua, penyelenggaraan event JFC memiliki dampak positif terhadap kondisi ekonomi masyarakat dan membantu memposisikan Kabupaten Jember di peta pariwisata nasional dengan menciptakan image identity yang memiliki daya saing.

Ketiga, arahan penataan ruang yang merupakan implikasi terhadap kualitas event dan dampak yang ditimbulkan memiliki karakteristik temporer dan permanen yang mengakomodasi kegiatan penyelenggaraan event JFC sekaligus aktivitas masyarakat yang berlangsung di seputar lokasi yang digunakan sebagai media event.

Jember Fashion Carnaval (JFC)
Dalam Industri Pariwisata Di Kabupaten Jember

Fenomena Jember Fashion Carnaval (JFC) yang terjadi di Kabupaten Jember menjadi salah satu latar belakang dilakukannya penelitian ini. Jember yang mempunyai latar belakang masyarakat pandalungan, diantara masyarakatnya terbentuk sebuah karnaval fashion yang saat ini dikenal hingga dunia. Fenomena ini menjadi hal yang menarik, karena Jember tidak mempunyai riwayat sejarah fashion dan dikenal dengan kota santri. JFC yang diprakarsai oleh Dynand Fariz telah menunjukkan eksistensinya selama 14 tahun dan telah berhasil merubah Jember menjadi kota karnaval tingkat dunia. Selain itu JFC menjadi barometer karnaval fashion di Indonesia karena menginspirasi daerah lain untuk membuat karnaval yang serupa.

JFC memamerkan busana hasil kreativitas dari peserta yang mengikutinya. Peserta diberikan pelatihan untuk membuat dan memperagakan busana. Adanya proses pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kreativitas pesertasehingga dapat membuat busana yang memiliki standart keindahan tersendiri. Proses tersebut secara tidaklangsung membuat JFC mengalami proses komodifikasi, yaitu JFC bertransformasi menjadi event yanglayak jual. Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tumbuh dan berkembangnya JFC diantara masyarakat Jember. Adapun secara spesifik mengkaji tentanglatar belakang sosial budaya terbentuknya JFC sebagai industri pariwisata di Kabupaten Jember.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jember memiliki ciri khas kultural serta modal yang mendukung tumbuh dan berkembangnya JFC di Jember, sehingga Jember dapat bersaing dengan daerah lain dalam ranah sektorpariwisata.Abstrak memuat uraian singkat mengenai masalah dan tujuan penelitian, metode yang digunakan, dan hasil penelitian. Tekanan penulisan abstrak terutama pada hasil penelitian.

Tercetusnya sebuah event besar bernama Jember Fashion Carnaval (JFC) menjadi sebuah fenomena yang menarik. Jember yang tidak mempunyai latar belakang sejarah karnaval dan fashion, saat ini telah menjadi kota pelopor karnaval fashion dan barometer karnaval di Indonesia. JFC merupakan peragaan desain busana hasil kreativitas putra-putri daerah Jember yang setiap tahunnya membawakan tema-tema yang unik dan menarik. Secara visual Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan sebuah seni pertunjukan yang berbentuk karnaval (pawai atau arak-arakan) yang bersifat masa kini. Dalam konteks seni tradisional biasanya pawai atau arak-arakan dilakukan dengan mengarak benda-benda pusaka atau tokoh-tokoh tertentu yang dispesialkan atau diagungkan. Sedangkan JFC merupakan sebuah genre seni pertunjukan masa kini yang menampilkan keindahan hasil kreativitas
desain rias busana, dan disajikan secara teatrikal didukung oleh berbagai unsur dan cabang seni di antaranya adalah: seni tari, seni teater, seni musik, dan seni rupa.

Sebagai produk seni pertunjukan, JFC memiliki berbagai elemen pendukung pertunjukan meliputi: tema dan cerita, karakter tokoh, gerak tari, dan musik dalam bentuk marching band. Semua elemen tersebut tergabung dalam satu kesatuan bentuk pertunjukan yang sangat khas danmemiliki karakteristik gaya yang spesifik sebagai identitas JFC.JFC memiliki karakteristik tersendiri dari segi bentuk pertunjukannya. JFC tidak hanya sekedar peragaan busana berjalan saja, tetapi dalam JFC peragaan busana dilakukan dengan menari dan bermain teatrikal. Pada umumnya peragaan busana hanya dilakukan berjalan di atas catwalk dalam ruangan, akan tetapi pada JFC berbeda. Peragaan busana yang dilakukan pada JFC dilakukan diluar ruangan dan berjalan sepanjang jalan kota Jember yaitu antara Alun-alun kota Jember sampai Gedung Olahraga Kaliwates Jember.

Selain itu peragaan busana tersebut lebih memberikan sentuhan estetika sebagai sebuah produk seni pertunjukan dalam bentuk karnaval. Setiap tahun JFC menarik perhatian semua lapisan masyarakat termasuk media massa, oleh karena itu Jember Fashion Carnaval (JFC) dipilih menjadi agenda pariwisata utama Kabupaten Jember.Agenda wisata tersebut diberi nama yang sebutannya disingkat menjadi BBJ. Dipilihnya JFC untuk dimasukkan dalam agenda BBJ merupakan salah satu peluang bagi Pemerintah Kabupaten Jember dalam mengembangkan sektor pariwisata dan meningkatkan perekonomian serta sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan label kota kreatif bagi Jember. Sampai saat ini JFC dapat membuktikan perkembangan esksitensinya, sehingga mampu mendongkrak dunia pariwisata di Jawa Timur dan meningkatkan perekonomian masyarakat Jember. Dalam

perspektif dunia kreativitas budaya, JFC merupakanpelopor karnaval modern bagi daerah-daerah dan kota-kota di Indonesia. Dalam kurun waktu 15 tahun, JFC telah memperoleh berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri karena kepeloporannya dalam dunia karnaval modern. Salah satu prestasi yang diperoleh JFC adalah meraih predikat karnaval terbaik Indonesia dan dapat menduduki peringkat keempat untuk karnaval
terunik dan terheboh di dunia, setelah Mardi Grass di Amerika Serikat, Rio De Janeiro Brazil, dan The Fastnacht di Jerman (Cakwigi, 2013: 2). Prestasi JFC yang mempunyai popularitas mendunia, secara tidak langsung berdampak positif pada industri patiwisata Kabupaten Jember, sehingga dampak tersebut secara tidak langsung juga memajukan
sektor perekonomian Kabupaten Jember. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Arif Tjahyono Kepala Kantor Pariwisata dan Budaya Jember dalam majalah Halo Jember, bahwa saat ini Kabupaten Jember menduduki peringkat ketujuh se Jawa Timur sebagai tempat kunjungan wisatawan dengan jumlah terbanyak (Halo Jember 11, p.29).

Selain itu bukti kemajuan perekonomian ditandai dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu dari sektor pariwisata di Kabupaten Jember dari Rp 2,5 miliar pada tahun 2008 dan naik menjadi Rp 8,5 miliar pada tahun 2013.Penelitian ini secara khusus pengkajiannya lebih mengarah kepada latar belakang sosial budaya terbentuknya JFC sebagai industri pariwisata Kabupaten Jember. Pemilihan topik ini didasarkan pada realitas yang ada bahwa JFC saat ini telah menjadi sebuah produk unggulan pariwisata yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat Jember sehingga memberikan dampak yang besar dan nyata dalam kemajuan perekonomian masyarakat Jember.

Latar Belakang Sosial Budaya Terbentuknya Jember Fashion Carnaval (JFC) sebagai Industri Pariwisata di Kabupaten Jember

1. Sejarah diselenggarakannya Jember Fashion Carnaval (JFC) Penyelenggaraan Jember Fashion Carnaval (JFC)

Berawal dari adanya sebuah Rumah Mode yang didirikan oleh Dynand Fariz sebagai wujud apresiasi dan kontribusinya dalam dunia fashion.Rumah mode yang bernama Dynand Fariz International High Fashion Center tersebut dikelola oleh kerabat dekat Dynand Fariz. Keberadaan rumah mode tersebut menjadi suatu hal baru yang ada di Kota Jember dan hanya sedikit masyarakat yang tau. Oleh karena itu setiap tahunnya, diadakan sebuah acara Fashion Week yang terinspirasi dari acara rumah mode yang ada di Negara-negara fashion lain. Acara Fashion Week tersebut sebagai misi untuk mengembangkan Rumah Mode agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Acara Fashion Week yang dilakukan adalah mewajibkan seluruh karyawan Dynand Fariz International High Fashion Center memakai busana yang sedang trend di dunia, pada saat itu yang sednag trend adalah motif army, busana tersebut harus dipakai pada saat bekerja selama satu minggu dan harus dipakai dari rumah (Budi Setiawan, komunikasi pribadi, 30 Januari 2014).Pada tahun 2002, acara Fashion Week yang dilakukan berbeda dengan tahun sebelumnya. Acara Fashion Week pada tahun selanjutnya, dilakukan dengan arak arakan/pawai para karyawan dengan memakai busana yang didesain kreatif dan unik.
Arak-arakan tersebut dilakukan disekitar lingkungan kantor Rumah Mode. Arak-arakan tersebut secara mengejutkan menarik perhatian dari masyarakat Kota Jember. Masyarakat sangat tertarik dengan busana yang didesain dengan kreatif dan dipamerkan dengan cara menari dan berjalan di jalanan. Hal tersebut membuat masyarakat menyambut acara tersebut dengan tanggapan positif dan apresiasi yang baik. Antusias dan tanggapan
positif masyarakat, menjadi ide bagi Dynand Fariz untuk membuat acara Fashion Week selanjutnya lebih kreatif dan meriah. Ide tersebut akhirnya disatukan dengan cita-cita Dynand Fariz untuk membuah sebuat karnaval fashion di Jember.Persiapan acara Fashion Week tahun selajutnya yaitu tahun 2003, dilakukan dengan melakukan persiapan yang matang.

Dynand Fariz dan pengelola Rumah Mode menyadari, bahwa persiapan harus dilakukan dengan benar-benar terkonsep,kerena acara yang diselenggarakan bukanlah acara pekan mode seperti tahun sebelumnya. Acara yang akan diselenggarakan adalah sebuah acara karnaval fashion yang diharapkan nantinya dapat menarik perhatian masyarakat Jember. Dynand Fariz menginginkan cara karnaval fashion yang akan diselenggrakan memberikan dampak yang positif bagi Jember, sehingga tidak selesai begitu saja apabila pertunjukannya telah usai. Dynand fariz dan tim membuat visi misi dan konsep untuk membuat karnaval fashion ini kedepannya dapat berkembang menjadi lebih baik, dan menjadi karnaval fashion yang besar sehingga bisa memperkenalkan nama
Jember kepada masyarakat luas.

Visi, misi serta konsep yang dirumuskan pada dasarnya adalah untuk menjadikan jember sebagai kota karnaval dunia dan sebagai kota pelopor karnaval di Indonesia. Konsep tersebut semakin menegaskan bahwa karnaval fashion yang akan diselenggarakan harus sesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan. Oleh karena itu dalam persiapan menentukan tema dan desain busana yang akan diperagakan, dibutuhkan research terlebih
dahulu. Dynand Fariz dan tim melakukan berbagai research tema-tema global dunia yang sedang terjadi serta malakukan inovasi desain busana yang belum pernah ada sebelumnya.
Perencanaan dan persiapan dilakukan sedemikian rupa oleh Dynand Fariz dan tim, agar nantinya karnaval yang diselenggarakan dapat diterima dan mendapatkan sambutan positif dari pemerintah dan masyarakat Jember. Acara karnaval fashion ini pertama kali diselenggarakan di Alun-alun/ Centarl Park kota Jember. Dynand Fariz dan tim memilih
tempat ini, didasarkan pada alasan bahwa di alunalun merupakan tempat yang strategis dan banyak masyarakat yang berkumpul di alun-alun untuk melakuakan kegiatan olahraga atau sekedar jalanjalan. Selain tempat pertunjukan, tanggal pelaksanaan juga ditentukan, pada saat itu tanggal pelaksanaan dilakukan pada tanggal 1 Januari 2003 yang bertepatan dengan tahun baru dan hari jadi Kota Jember. Pemilihan tanggal yang bertepatan dengan hari jadi Kota Jember bertujuan agar nantinya pemerintah mendukung, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan surat perijinan akan berjalan lancar (Budi Setiawan, komunikasi pribadi, 30 Januari 2014). Seiring dengan hal tersebut, sebuah nama Jember Fashion Carnaval (JFC) menjadi nama yang telah disepakati menjadi nama kegiatan
acara tersebut. Persiapan yang matang telah dilakukan, akan tetapi proses terselenggarnya acara JFC mengalami beberapa kendala. Pada tahap pengajuan proposal
kegiatan dan surat ijin penyelenggaraan acara kepada pihak pemerintah. Akan tetapi proses pengajuan surat ijin penyelenggaraan tersebut tidak disambut oleh pemerintah dengan baik. Pada waktu itu pemerintah justru tidak mendukung adanya kegiatan atau penyelenggaraan karnaval fashion.Pemerintah tidak mendukung adanya acara tersebut
dengan alasan bahwa acara karnaval fashion bukan merupakan budaya asli daerah Jember.

Hal ini dikarenakan tema yang dibawakan pada saat itu adalah tema yang cenderung menuju pada budaya barat, sedangkan pada waktu itu sedang terjadi gencatan senjata Amerika kepada Irak, selain itu rute yang akan digunakan sebagai catwalk melawan arus lalu lintas (Budi Setiawan, komunikasi pribadi, 30 Januari 2014). Dengan alasan tersebut
pemerintah tidak bisa memberikan surat ijin penyelenggaraan, sehingga menjadi sebuah halangan untuk menyelenggarakan JFC.Adanya larangan dari pemerintah tersebut, tidak
menggoyahkan niat Dynand Fariz dalam menyelenggarakan acara karnaval fashion tersebut.Meskipun surat ijin dari pemerintah belum bisa didapatkan, akan tetapi persiapan acara tetap dilakukan. Hal ini sebagai wujud kesungguhan bagi Dynand Fariz dan tim, untuk menyelenggarakan acara yang dikonsep untuk membanggakan nama Jember pada masarakat luas. Dynand Fariz sebagai kreator JFC, tidak putus asa dalam meyakinkan
pemerintah bahwa acara tersebut tidak menyalahi budaya yang ada. Presentasi dilakukan beberapa kali kepada pihak-pihak pemerintah yang terkait, untuk menjelaskan visi, misi dan konsep besar dari JFC. Pada akhirnya dua hari sebelum pelaksanaan,Dynand Fariz dan tim berhasil meyakinkan pihak pemerintah, sehingga surat ijin penyelenggaraan acara telah didapatkan dan ditandatangani oleh Bupati Jember tertanggal 31 Desember 2002.
Setelah mendapatkan surat ijin, keesokan harinya yaitu, 1 Januari 2003 penyelenggaraan JFC dilakukan. JFC pertama kali diikuti 50 peserta, yang terdiri dari karyawan rumah mode Dynand Fariz, karyawan salon Karisma milik Suyanto kakak Dynand Fariz, dan Karyawan Salon Dyfa milik Dynand Fariz. Pada waktu itu defile yang dibawakan adalah Cowboy, Punk dan Gipsy (Fefi, komunikasi pribadi, 8 Maret 2014). Penyelenggaraan pertunjukan berlangsung meriah, hal ini didasarkan pada apresiasi dan tanggapan masyarakat yang
positif. Beberapa media lokal juga memberitakan penyelenggaraan JFC, meskipun terdapat beberapa media yang memberitakannya secara negatif.Tetapi hal ini menjadi sebuah kebanggaan bagi Dynand Fariz dan tim, karena telah berhasil dalam menyelenggarakan acara yang sebelumnya mengalami beberapa kendala.

Seiring dengan berjalannya waktu JFC diselenggrakan setiap tahun. Adanya JFC memberikan inspirasi untuk membuat sebuah serangkaian agenda kegiatan pariwisata bagi Jember. Agenda tahunan tersebut di beri nama Bulan Berkunjung ke Jember atau sering disebut dengan BBJ. BBJ pertama kali dilakukan pada tahun 2007, BBJ merupakan sebuah
agenda pariwisata sekaligus sebuah manajemen besar yang mewadahi seluruh kegiatan wisata tahunan Kabupaten Jember. BBJ dilaksakan bersamaan dengan perayaan
HUT kemerdekaan RI di Jember pada setiap tahunnya. Dalam setiap tahun kegiatan BBJ, JFC merupakan agenda pariwisata utama dalam jadwal kegiatnnya. Hingga pada tahun 2009 JFC ditetapkan sebagai agenda kegiatan tahunan resmi Kabupaten Jember.
Perjalanan JFC untuk menjadikan Jember sebagai kota karnaval tidak berjalan dengan mulus begitu saja. Pada beberapa tahun awal penyelenggaraan., beberapa tokoh ulama di Jember sempat memprotes desain busana yang terlalu terbuka pada waktu itu.
Aka tetapi pihak manajemen JFC berusaha mencari solusi tersebut dengan mealkukan dialog dengan beberapa tokoh ulama.

Adanya dialog tersebut bertujuan agar kedua pihak tidak terjadi kesalahpahaman yang memunculkan konflik.Dialog tersebut adalah mencari solusi dalam permalahan tersebut. setelah dilakukan dialog oleh kedua pihak, yaitu pihak ulama dan manajemen JFCC, akhirnya didapatkan sebuah solusi yang
disepakati. Dalam pertunjukan ke depannya JFC akan tampil dengan busana yang tidak melanggar norma agama akan tetapi tidak mengurangi kekreatifan desain busana dan keindahan busana yang akan diperagakan.

Setiap tahunnya JFC memberikan sajian pertunjukan yang spektakuler, dengan berbagai inovasi yang dilakukan. Sehingga pada perhelatan JFC ke-3 secara tidak sengaja menarik minat media online asing untuk meliput, yaitu Reuters (Wijaya, 2016,April 13). Dengan adanya media asing yang meliput JFC, hal ini menjadi sebuah awal JFC dikenal oleh dunia. Padahal dalam waktu yang bersamaan masih sedikit sekali media lokal yang memberitakan dan meliput tentang JFC. Adanya media asing yang meliput tentang pertunjukan JFC secara otomatis menjadi sebuah gebrakan bagi media lokal (Budi Setiawan, komunikasi pribadi, 30 Januari 2014).Dimana event spektakuler negara sendiri justru diliput oleh media negara asing, sedangkan media lokal sendiri kurang dalam meliput serta memberitakannya. Sejak saat ini banyak sekali media lokal maupaun asing yang ingin meliput, memberitakan
serta menyiarkan secara langsung pertunjukan JFC (Fefi, komunikasi pribadi, 8 Maret 2014). Inovasi selalu dilakukan dalam setiap tahun penyelenggaraan JFC, baik inovasi isi pertunjukan maupun pengelolaan. Inovasi isi pertunjukan yang di ekplorasi adalah tema, desain busana, bahan pembuatan busana, bentuk pertunjukan, dan penambahan unsur pertunjukan yang sesuai. Dalam perkembangannya menambah unsur pertunjukan,
JFC menambahkan unsur drama, tari dan music.Salah satu contohnya adalah unsur musik yaitu dengan berkolaborasi dengan Marching Band untuk mendukung pertunjukannya, Marching Band tersebut di berinama JFC Marching Band. Sedangkan inovasi pengelolaan JFC, dilakukan dengan mengembangkan kualitas area pertunjukan, akses pertunjukan dan hal lain yang mendukung terselenggaranya pertunjukan. Inovasi yang dilakukan
adalah bertujuan untuk mempertahankan eksistensi dan prestasi JFC.Saat ini JFC semakin dikenal oleh dunia, dalam setiap tahun penyelenggaraannya JFC menjadikan Jember sebagai kota destinasi utama para wisatawan, baik wisatawan dalam maupun luar
negeri. JFC juga telah menarik banyak perhatian media massa dari dalam maupun luar negeri untuk meliput dan memberitakannya. Setiap menjelang penyelenggaraan JFC, kota Jember menjadi sangat ramai (Job Pamungkas, komunikasi pribadi, 20 Agustus 2015). Dalam waktu 15 tahun keberadaan JFC, JFC telah mendapatkan berbagai prestasi dan
penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini membuktikan bahwa JFC konsisten dalam menjalan visi dan misinya dalam menjadikan Jember sebagai kota karnaval fashion dunia.

2. Tokoh Pemrakarsa Jember Fashion Carnaval (JFC): Dynand Fariz

Keberhasilan pertunjukan JFC dalam membawa nama Jember dikenal oleh dunia, tidak jauh dari seorang kreator yang berada dibaliknya. Tokoh pemrakarsa ini adalah putra daerah Jember asli, yaitu Dynand Fariz. Dynand Fariz saat ini menjadi tokoh besar di Jember akibat karya besarnya membuat pertunjukan karnaval fashion yang dapat mendunia. Dibalik keberhasilannya tersebut tidak sedikit perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan
oleh Dynand Fariz. Kegigihan dan tekad Dynand Fariz menjadi salah satu faktor terbentuknya JFC.Dynand Fariz adalah seorang pria kelahiran Desa Garahan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada 23 Mei 1963.

Dynand Fariz merupakan putra ke delapan dari sebelas bersaudara, yang terlahir dari pasangan Alm. Tirto Soetowo dan Alm.Ahyani (Budi Setiawan, komunikasi pribadi, 30 Januari 2014).Dynand Fariz memulai karirnya di bidang fashion sejak tahun 1988 ketika dia baru lulus dari perguruan tinggi IKIP Surabaya, Jurusan Seni Rupa. Pada saat itu setelah meyelesaikan studinya di IKIP Surabaya, Dynand Fariz diangkat menjadi dosen di almamaternya tersebut, yaitu menjadi dosen Tata Busana di Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Fakultas Teknik. Setelah menjadi dosen, Dynand Fariz merasa kurang puas dan merasa ilmunya kurang berkembang, sehingga Dynand Fariz mencoba untuk mendaftar dalam program beasiswa sekolah mode cabang Paris di Jakarta yaitu Ecole Superieure des Arts et Techniques de la Mode Established (ESMOD).

Akhirnya pada tahun 1996 Dynand Fariz mendapatkan beasiswa untuk belajar di ESMOD Jakarta selama 3 tahun. Selama tiga tahun menimba ilmu di ESMOD Jakarta Dynand Fariz memanfaatkan kesempatan tersebut untuk belajar dan mengasah kemampuannya di bidang fashion. Karir Dynand Fariz semakin meningkat ketika dia menyelesaikan belajarnya di ESMOD. Dynand Fariz melamar sebagai pengajar di ESMOD, kemudian mendapatkan kesempatan untuk mengikuti training teacher dan mendapatkan beasiswa untuk pelatihan mengajar di Paris, Perancis selama tiga bulan. Hal ini semakin menunjukkan bahwa Dynand Fariz merupakan sosok yang mumpuni dalam bidang fashion (Mardiana Pambudy dkk., n.d.).Dynand Fariz sebagai seorang yang berkiprah di bidang fashion, pada tahun 2000 mendirikan sebuah konsultan mode di Kota Jember yang diberi nama Dynand Fariz International High Fashion Center.

Dynand Fariz mendirikan konsultan mode atau rumah mode tersebut sebagai wujud pembuktian karirnya di bidang fashion. Dynand Fariz beranggapan bahwa adanya konsultan mode di Jember sangat penting, karena adanya konsultan mode yang merupakan suatu hal baru di Kota Jember. Rumah mode yang didirikan oleh Dynand Fariz tersebut dikelola secara profesional dan di bantu oleh saudaran-saudaranya. Setiap tahun rumah mode Dynand Fariz selalu mengadakan event fashion yang bertujuan untuk menunjukkan kepada
masyarakat pentingnya fashion dalam kehidupan dan keberadaan rumah mode tersebut. Event inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terwujudnya ide besar Dynand Fariz membuat sebuah karnaval fashion yang dikenal dunia yaitu JFC (Fefi, komunikasi pribadi, 8 Maret 2014).Dynand Fariz sebagai seorang desainer tetap bangga dengan tanah kelahirannya yaitu Jember. Oleh karena itu Dynand Fariz mempunyai cita-cita yaitu membuat Jember ingin lebih dikenal oleh orang.

Disamping itu Dynand Fariz mengakui bahwa persaingan dalam dunia fashion sangat berat,akan sulit bagi dirinya untuk bertahan dan menunjukkan eksistensi apabila tidak dapat membuat sebuah inovasi secara terus menerus. Dalam hal ini Dynand Fariz sangat pandai dalam melihat sebuah peluang, dia justru menjadikan kota asal kelahirannya sebagai media atau tempat mewujudkan impiannya, yaitu membuat sebuah acara yang dikenal hingga Internasional.

Dynand Fariz sadar bahwa cita-cita tersebut sangat sulit untuk diwujudkan, terlebih lagi hal ini sangat menantang kebudayaan lokal yang ada. Akan tetapi hal tersebut lantas tidak menyurutkan semangatnya dalam berkarya. Research dan perencanaan yang matang dia lakukan dalam mewujudkan karya besarnya tersebut. Awal terbentuknya JFC banyak halangan dan rintangan yang dihadapi. Banyak sekali pihak yang tidak setuju dengan konsep JFC,salah satunya adalah pemerintah. Pihak pemerintah menganggap bahwa karnaval fashion bukan budaya asli Jember.

Dalam mengahadapi masalah tersebut,Dynand Fariz berusaha keras dengan menjelaskan konsep dan visi misi yang telah dirancang kepada pihak yang tidak menentang. Kematangan konsep dan visi misi tersebut akhirnya dapat membantu JFC mendapatkan kesempatan untuk terselenggara untuk pertama kalinya.Keberhasilan JFC sangat dipengaruhi oleh sifat kegigihan Dynand fariz dalam konsisten mewujudkan impian besar dan cita-citanya. Sifat kegigihan Dynand Fariz tersebut dipengaruhi oleh berbagai pengalaman yang sudah dialami. Berasal dari latar belakang keluarga sederhana, justru menjadikan Dynand Fariz sebagai seorang yang bercita-cita besar dalam hal meraih cita-citanya. Sejak kecil Dynand Fariz menjadi seorang yang pekerja keras,hal ini merupakan kebiasaan Dynand Fariz sejak masa kecilnya setelah menyelesaikan kegiatan
belajarnya, dia selalu membantu pekerjaan orangtuanya (Mardiana Pambudy dkk., n.d.). Hal tersebut merupakan salah satu faktor bagaimana karakter pekerja keras dan gigih Dynand Fariz terbentuk.

3. Proses Tumbuh dan Berkembangnya Jember Fashion Carnaval (JFC) diantara Masyarakat
Jember.

Dalam menganalisis faktor terbentuknya JFC digunakan teori Bourdieu yaitu, konsep habitus. Menurut Lee (2015: 57) dengan mengembangkan konsep habitus Bourdieu mampu mengembangkan model tindakan sosial yang didalamnya kebudayaan dan relasi kultural memperoleh otonomi relatif, namum nyata, dari relasi produksi. Berdasarkan ungkapan tersebut peneliti mengembangkan model tindakan masyarakat Jember, dan memahami bagaimana relasi kultural masyarakat Jember kaitanya dengan keberadaan JFC.

a. Habitus Masyarakat Kabupaten Jember

Seperti yang diungkap oleh Lee bahwa habitus merupakan ciri khas kultural. Dalam penelitian ini ciri khas kultural yang dimaksud adalah ciri khas kultural masyarakat Jember. Seperti yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya, Jember merupakan kawasan pandalungan dimana masyarakatnya merupakan percampuran yaitu Jawa dan Madura.
Akibat bertemunya kedua masyarakat tersebut membuat Jember sebagai wilayah yang masyarakatnya terbuka dengan adanya arus budaya baru. Oleh sebab itu hal ini berdampak pada sulitnya Jember mempunyai kesenian tradisi asli yang dapat dijadikan sebagai ikon.

Hal ini sesuai dengan ungkapan Yuswadi dalam Sutarto dan Setya bahwa
masyarakat pandalungan lebih bersifat terbuka terhadap adanya arus budaya baru dan sulit untuk mempunyai kesenian tradisi yang mengikon. Akan tetapi keadaan tersebut memberikan celah bagi JFC untuk bisa berkembang di wilayah tersebut.Masyarakat Jember secara terbuka menerima JFC sebagai salah satu budaya mereka, sehingga secara
perlahan JFC telah menjadi identitas kota Jember.Selain faktor keadaan kultural masyarakat, terdapat beberapa faktor yang mendukung terbentuknya JFC di Jember. Mengacu pada konsep habitus Bourdieu,Jember memiliki beberapa modal yang menjadikan
JFC dapat tumbuh dan berkembang di Kabupaten Jember.Modal budaya, Jember mempunyai latar belakang masyarakat pandalungan, yaitu bertemunya budaya
Madura dan Jawa, yang keduanya saling berinteraksi sehingga kedua masyarakat tersebut terintegrasi dan cenderung terbuka dengan budaya baru.

Sifat keterbukaan masyarakat tersebut menjadikan JFC mudah dalam berintegrasi dengan masyarakat Jember. Dalam hal ini JFC menjadi budaya baru yang terbentuk diantara interaksi masyarakat Jawa dan Madura, sehingga JFC menjadi alternatif yang dapat menyatukan keduanya dan masyarakat minoritas yang lain. JFC secara perlahan mengisi celah kosong sebagai identitas kota Jember,meskipun pada awalnya mengalami berbagai kecaman dari beberapa pihak.

Akan tetapi JFC berhasilbernegosiasi dengan baik sehingga dapat diterima oleh masyarakatnya Adanya JFC bukan berarti kesenian tradisi yang ada di daerah tidak berkembang, JFC mengajak para seniman daerah untuk berpartisipasi untuk berkolaborasi. Hal ini terbukti ketika JFC mengusung tema Madurese yang berkolaborasi dengan musik Ul daul Madura, dan defile Reog yang berkolaborasi dengan seniman reog. Selain itu berkaitan dengan modal budaya individu kreator JFC,Dynand Fariz merupakan seseorang yang berlatar belakang sekolah fashion bertaraf internasional.Sehingga habitus dunia fashion Dynand Fariz dan modal akademik yang diperoleh dari sekolah fashion bertaraf internasional, sangat mendukung keberlangsungan dan terbentunya JFC.Modal sosial, dalam hal ini merupakan modal bagaimana pihak-pihak yang bersangkutan dengan
JFC menjalin sebuah jaringan atau relasi untuk mendukung terbentunya JFC. Berkaitan dengan hal tersebut sesuai dengan ungkapan Wahab (1996:185) bahwa lembaga pemerintah dalam membantu kemajuan pariwisata maka membangun dan
memantapkan suatu situasi yang layak bagi insvestasi swasta sampai pada pengeluaran ketentuan-ketentuan yang menjamin kestabilan ekonomi, dan secara aktif mempersiapkan para investor dalam pariwisata dengan subsidi-subsidi yang luar biasa. Begitupun dengan pemerintah Jember, pemerintah Jember membangun jaringan secara luas dengan beberapa pihak, agar banyak investor yang mau menanamkan modal di Jember,sehingga mendukung adanya fasilitas bagi para wisatawan yang ingin melihat pertunjukan JFC.

Modal sosial lain yang terlihat adalah cara manajemen dalam mengelola pesertanya. Manajemen secara tidak langsung memproduksi solidaritas kelompok sehingga menjadi modal sosial yang dimiliki. Manajemen JFC mengajak peserta JFC yang terdidik maupun tidak terdidik untuk bergabung dan berpartisipasi pada JFC. Para peserta tersebut diberikan pelatihan secara gratis, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikutinya. Adanya
program pelatihan yang diberikan kepada peserta, menyebabkab terjadinya proses pembelajaran didalamnya, sehingga mendorong adanya interaksi antar
peserta.

Adanya proses tersebut secara tidak langsung membentuk solidaritas dan mempunyai satu tujuan bagi para peserta JFC. Modal tersebut memberikan celah bagi JFC untuk lebih bekembang dari sisi bertambahnya jumlah peserta dan menjadikannya sebuah pertunjukan yang besar. Ditinjau dari segi modal sosial kreatornya, Dynand Fariz dalam hal ini membangun relasi yang kuat dengan beberapa lembaga terkait yang mendukung
adanya JFC. Relasi tersebut terjalin ketika Dynand Fariz berkarir dalam bidang fashion (sebelum adanya JFC). Salah satu contohnya adalah setiap tahun JFC selalu malakukan roadshow di Jakarta, hal ini merupakan salah satu dampak terjalinnya relasi yang dilakukan oleh Dynand Fariz dalam karirnya dalam bidang fashion. Modal ekonomi, selama ini JFC merukan event yang membiayai dirinya sendiri. JFC merupakan pertunjukan yang jauh dari bantuan dana sponsor ataupun pemerintah.

Tidak adanya sponsor adalah untuk mempertahankan label bahwa JFC sebagai event sosial dan tidak dikomersilkan oleh lembaga tertentu selain menajemen JFC, sedangkan pemerintah hanya membantu dalam pemberian fasilitas. Modal ekonomi JFC pada awalnya terpusat pada satu sumber yaitu dana pribadi Dynand Fariz. Akan tetapi seiring dengan besarnya nama JFC, modal ekonomi diperoleh dari hasil melakukan roadshow dalam maupun luar negeri. Selain itu kompetensi Dynand Fariz dalam bidang fashion didapatkan dari modal ekonomi pribadi dan beasiswa yang didapatkan sehingga menunjang keahliannya dalam bidang fashion.

Keputusan manajemen JFC untuk menyuarakan JFC sebagai lembaga event sosial tersebut, merupakan salah satu strategi untuk membuat JFC jauh dari kesan komersil, dan menghindari pengelolaan keuangan yang rumit. Dengan tidak adanya sponsor yang terlalu mendominasi, secara otomatis JFC berdiri sendiri di bawah naungan manajemen JFCC,sehingga keuangan dikelola sendiri dan lebih mudah pengelolaannya serta prosedurnya.Dengan habitus dan modal yang dimiliki tersebut, dapat menjabarkan bagaimana JFC dapat terbentuk dan berkembang diantara masyarakat padalungan Jember, dan bahkan saat ini telah menjadi identitas Kota Jember. Pembahasan konsep habitus JFC tidak berhenti dalam penjabaran modal yang dimiliki, akan tetapi konsep ranah juga mempengaruhi bagaimana JFC terbentuk.

b. Arena Persaingan dalam Industri Pariwisata

Konsep habitus dan arena merupakan relasi dua arah, hubungan tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan miliki habitus yang mendukung maka JFC dapat bersaing dalam arena sosial yang ditargetkan, begitupun sebaliknya dalam sebuah arena sosial dibutuhkan kompetitor untuk mengisi arena terebut. Terkait dengan penelitian ini arena yang dimaksud
adalah persaingan dunia industri pariwisata. Untuk dapat bersaing dalam dunia industri kreatif dan pariwisata, JFC memiliki habitus dan modal yang mendukung seperti yang sudah dijabarkan diatas. Untuk memenangkan persaingan tersebut JFC mewujudkannya dalam bentuk karnaval fashion yang memperagakan busana dari hasil kreativitas
yang tinggi. Sehingga JFC dapat meraih posisi sebagai pertunjukan kreativitas tinggi yang bertaraf internasional dan meningkatkan industri pariwisata Jember. Seperti yang sudah diungkap oleh Jenkins bahwa pembahasan arena mengarah pada tiga hal.

Pertama, hubungan arena dengan arena kekuasaan (politik) harus dipahami. Dalam hal ini
pemerintah kota Jember menjadikan JFC sebagai tombak untuk menjadikan JFC sebagai agenda pariwisata utama dalam program BBJ. Hal ini bertujuan agar dunia pariwisata Jember meningkat sehingga Jember dapat bersaing dengan kota lain dalam hal wisata budaya dan penggalakan Kota kreatif. Tujuan pemerintah berjalan seiring dengan
visi dan misi JFC dalam menjadikan Jember sebagai kota karnaval fashion dunia. Hubungan tersebut memberikan dampak positif bagi keduanya.Sehingga saling mendukung dalam proses pelaksanannya.

Kedua, dalam arena orang harus mengkontruksi suatu tapologi sosial atau peta struktur objektif dari posisi yang menciptakan arena, dan hubungan
antara mereka dalam kompetisi dengan bentuk spesifik dari modal. Dalam hal ini manajemen JFC menganalisis bagaimana JFC dapat tumbuh dan berkembang di Jember. Hal ini terlihat ketika Dynand Fariz mendirikan Rumah Mode di Kota Jember, serta membentuk JFC di Kota Jember yang tidak memiliki riwayat tentang sejarah fashion.
Dynand Fariz dan manajemen mampu dalam memahami terciptanya arena persaingan, sehingga JFC dipersiapkan untuk memiliki modal yang kuat dan dapat bersaing merebut target arena yang diinginkan.

Ketiga, habitus manusia di dalam arena harus dianalisis, bersama dengan jejak atau strategi yang diproduksi dalam interaksi antara habitus dan kendala serta kesempatan yang ditentukan oleh struktur arena. Keadaan kultural masyarakat Jember dapat dibaca dengan baik oleh Dynand Fariz dan manajemen. Pihak manajemen selalu mengadakan
dialog dan negosiasi apabila mendapatkan kritik dari pihak yang kurang mendukung adanya JFC. Sehingga pihak manajemen dapat mengatur srtategi untuk bernegosiasi dengan masyarakat Jember secara damai, sehingga JFC dapat mecapai tujuan yang diinginkan yaitu menjadi karnaval fashion yang bertaraf intenasional yang didukung oleh
masyarakatnya.

4. Kreativitas Kreator Jember Fashion Carnaval (JFC): Dynand Fariz

Dibalik prestasi JFC hingga mendunia, hal tersebut tidak jauh dari peran sang kreator Dynand Fariz dibaliknya. Dynand Fariz sebagai presiden JFC memiliki kontribusi tinggi pada proses terbentuknya JFC. Kontribusi yang diberikan Dynand Fariz kepada JFC tidak hanya kontribusi ide – idenya yang kreatif tetapi juga secara materi. Hal tersebut dilakukan karena Dynand Fariz merasa bertanggungjawab atas semua yang berhubungan
dengan JFC. Secara personal, Dynand Fariz merupakan sosok yang kreatif dan inovatif, karena Dynand Fariz mampu dan mau untuk mewujudkan ide-idenya.

Dynand Fariz mampu mengembangkan idenya sehingga bisa terwujud menjadi sebuah karya yang memiliki standar keindahan tersendiri. Tabrani mengungkapkan bahwa, ciri manusia kreatif adalah ketika manusia tersebut memiliki beberapa sifat yaitu, ada dorongan bermain, intuisi, imajinasi, estetika, sikap keterbukaan, keberanian, dan spontan (2006: 243-249). Mengacu pada ungkapan Tabrani tersebut, apabila dilihat melalui prosesnya Dynand Fariz memenuhi kriteria sebagai manusia kreatif, karena memiliki sifat-sifat yang diungkap oleh Tabrani. Adapun penjelasannya sebagai berikut.Ada dorongan bermain, ciri tersebut dapat dilihat ketika Dynand Fariz menjabat sebagai dosen di Universitas Negeri Surabaya, akan tetapi dia belum merasa puas dengan pekerjaan yang dijalani karena merasa ingin lebih mengembangkan kemampuannya dibidang fashion. Oleh karena itu dia memutuskan untuk belajar lagi di sekolah fashion ESMOD.

Setelah menyelesaikan belajarnya di ESMOD, Dynand Fariz mencoba untuk mendaftar sebagai staf pengajar di ESMOD. Hal tersebut membuktikan bahwa sosok Dynand Fariz merupakan sosok yang mempunyai dorongan untuk bisa merubah hidupnya, dengan berani menantang dan menanggung resiko yang akan diterima. Intuisi, ciri tersebut dimiliki oleh Dynand Fariz dengan melihat proses ketika Dynand Fariz memutuskan untuk memilih dunia fashion untuk mengembangkan bakatnya. Pilihan tersebut tentunya melibatkan perasaan dari Dynand Fariz, dan perasaan tersebut bersifat kuat sehingga mendukung adanya aksi dari adanya sifat dorongan.Adanya sifat dorongan tidak berarti ketika tanpa intuisi (Tabrani, 2006: 245). Ungkapan tersebut
menghubungkan rasa dorongan yang ada pada Dynand Fariz dan kemudian didukung dengan muculnya perasaan yang kuat untuk memilih fashion sebagai hal yang dipilih.

5. Jember Fashion Carnaval (JFC): Produk Seni Pertunjukan yang Memenuhi Misi Kepariwisataan Indonesia.

Produk wisata yang unggul merupakan sebuah produk wisata yang dapat memenuhi target misi yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan salah satu produk wisata yang dapat mencapai target misi kepariwisataan Indonesia. Meskipun dalam pencapaian misi tersebut banyak sekali kendala yang dihadapi, akan tetapi JFC memiliki potensi untuk mencapai target misi tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan bertambahnya prestasi yang diperoleh oleh JFC. Oleh karena itu tidak diragukan lagi
apabila Jember Fashion Carnaval (JFC) disebut sebagai sebuah produk pariwisata yang unggul dalam industri pariwisata di Jember.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here